THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 23 Februari 2011

Melacak Jejak Islam di Benua Amerika

Amerika, sebuah benua yang menjadi harapan bagi semua suku dan bangsa di dunia saat ini. Amerika, sebuah benua yang menampung percampuran budaya dan agama di dunia yang mencoba menciptakan hegemoni dunia. Amerika, sebuah benua yang selayaknya menjadi "syurga" bagi seluruh suku dan bangsa dunia apapun latar belakangnya, agamanya, ras ataupun kelompoknya, karena Amerika yang mengaku sebagai "syurga" dan contoh pelaksanaan "Hak Asasi Manusia" yang terbaik. Namun kini Amerika, bak seolah "neraka" bagi para muslim, karena efek dari Islamphobia yang disebarkan yang takut akan kebangkitan kembali Islam di Amerika, penguasaan kembali Islam di Amerika dan kejayaan kembali Islam di Amerika. Mengapa dikatakan kembali, karena memang Islam pernah ada, pernah jaya dan pernah memerintah di Benua "si Kulit Merah" ini, membawa kemakmuran dan kedamaian bagi seluruh umat danmembuktikan bahwa memang agama ini adalah "Rahmat bagi seluruh alam". Rangkaian tulisan berikut akan memberikan anda pengantar bahwa memang Islam pernah ada di Amerika ketika bangsa "Kulit Putih" masih terselubung kegelapan.
Sebelum Barat menyatakan diri mereka adalah ilmuwan terbesar di bumi, ataupun sebelum masa Renaissance mereka, sebelum itu semua ternyata umat Islam sudah membuat penemuan-penemuan di bidang ilmu pengetahuan ratusan tahun sebelum Barat mulai membayangkannya. 
Namun, mempelajari alam semesta melahirkan lebih banyak pertanyaan, dan lebih penasaran. Umat Islam di Afrika Barat begitu tertarik dengan apa yang ada di sisi lain Laut Besar, bahwa mereka memulai ekspedisi besar menuju dunia yang tidak diketahui. Laporan awal perjalanan ini memang kurang jelas, namun cukuplah kita dapat yakin bahwa mereka telah menyeberangi Atlantik pada tahun 889 Masehi
Itu berarti 603 tahun sebelum Columbus. Dan itu belum termasuk bukti fisik yang sebenarnya di Amerika Serikat hari ini bahwa tanggal kembali lebih jauh, akan tetapi kita tahu, ketika De Lacy O'Leary menunjukkan, bahwa muslim pasti memiliki pengetahuan ilmiah dan keterampilan untuk melakukan perjalanan melintasi Atlantik lautan.
Kami berada di Amerika, ratusan tahun sebelum Columbus, dan bahwa kita bias melakukannya dengan yakin.
Sebagai pembuka, inilah beberapa penyataan para ahli bahwa Muslim lebih dahulu mendarat di benua Amerika dan berasimilasi dengan penduduk setempat jauh sebelum Christopher Columbus menapakan kakinya disana
Clyde-Ahmad Winters. Barry Fell. Alexander Von Wuthenau. Ivan Van Sertima. Apa yang mereka miliki di Common? Banyak. Mereka semua memberikan bukti untuk pernyataan di atas dan itu adalah pernyataan fakta, bukan pendapat, walaupun banyak yang memilih untuk mengabaikan hal itu di masa lalu.
Sekarang, kita semua menyadari kubur tragedi yang menimpa berbagai African people setelah penemuan Amerika. Banyak orang dari ada diambil paksa dari rumah mereka ke Amerika, untuk melayani orang-orang yang telah mengambil alih tanah itu. Hitam perbudakan. Kita juga tahu, untuk sebuah fakta, bahwa banyak dari orang-orang ini memang Muslim; yang tidak pernah diperdebatkan, juga tidak boleh itu. Clyde Ahmad Winters telah memberikan rincian tentang bagaimana sejumlah besar umat Islam dibawa ke Amerika Latin di tahun 1978 Masalah Al-Ittihad: A Quarterly Journal of Islamic Studies, walaupun kemudian di tahun 1543, umat Islam di koloni Spanyol dikeluarkan dari mereka oleh pemerintah yang berada.
Dr Barry Fell, seorang arkeolog Selandia Baru dan ahli bahasa dari Harvard University menunjukkan bukti rinci yang ada dalam karyanya, "Saga America" bahwa umat Islam tidak hanya di Amerika sebelum Columbus tiba, tapi sangat aktif di sana. Bahasa orang Pima di Barat dan Selatan Bahasa Algonquia memiliki banyak kata dalam kosakata mereka yang berasal dari Bahasa Arab, dan petroglyphs (tulisan kuno) Islam ditemukan di tempat-tempat seperti California.
Inyo county di Negara Bagian California, merujuk pada pernyataan Dr Barry Fell, terdapat Petroglyph lain yang berbunyi, "Yasus bin Maria" merupakan bahasa Arab yang berarti, "Yesus, anak Maria" dan hal ini bukan frase pada Kristen, namun ungkapan ini adalah ayat-ayat Alquran. Dr Barry Fell percaya bahwa tulisan kuno ini memiliki abad yang lebih tua dari sejarah Amerika Serikat. Sementara ditu di wilayah Barat Amerika Serikat ia menemukan berbagai teks, diagram dan grafik terukir di batu-batu yang digunakan untuk pembelajaran sekolah matematika, sejarah, geografi, astronomi dan navigasi laut yang berasal dari tahun 700-800 Masehi, Dan berbagai pelajaran seperti. Bahasa pengajaran yang mereka gunakan ialah Kufic Arab, dari Afrika Utara.
Alexander Von Wuthenau, seorang seniman sejarah Jerman juga memberikan bukti bahwa orang Islam itu di Amerika antara 300 dan 900 Masehi atau setidaknya setengah milenium sebelum Columbus lahir! Ukiran kepala, yang digambarkan sebagai "Seorang Bangsa Moor (Bangsa Afrika yang beragama Islam) melihat" adalah tanggal antara 300 dan 900 Masehi dan kelompok kepala lainnya bertanggal antara 900 dan 1500 Masehi. Sebuah artefak lain ditemukan dalam kelompok sebelumnya kemudian difoto dan ketika dikemudian hari diperiksa ditemukan menyerupai laki-laki tua di Fez, seperti orang Mesir.
Ivan Van Sertima dikenal secara luas karena karyanya yang berjudul " They Came Before Columbus (Mereka Datang Sebelum Columbus)" yang menunjukkan dengan pasti bahwa ada hubungan antara Bangsa Afrika Kuno dengan penduduk asli Benua Amerika. Karya beliau ini dan karya lainnya yang berjudul, "African Presence in Early America (Kehadiran Bangsa Africa pada sejarah Awal Amerika)" kedua karya telah memberi bukti dengan baik bahwa memang ada permukiman Muslim Afrika di Amerika, sebelum ekspedisi Columbus bahkan sebelum Columbus dikandung. Penelitiannya telah menunjukkan bahwa perdagangan warga Muslim Arab aktif di Amerika dan orang hanya dapat membayangkan bahwa budaya yang mengagumkan dari penduduk asli Amerika telah yang berbaurbanyak dengan ajaran Islam dan hal ini adalah daya tarik besar bagi kaum muslimin yang datang dari seberang laut yang jauh (Afrika dan Eropa).
Sebagai catatan, Christopher Columbus, orang yang disebut sebagai penemu Amerika, menyatakan bahwa orang karib (yaitu, orang-orang Karibia) berkesan adalah sebagai "Muhammadisme." Dia pun mengetahui tentang kehadiran Mandinka di Dunia Baru (Muslim) dan bahwa Muslim dari pantai Barat Afrika telah menetap di Karibia, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Tidak seperti Columbus, mereka datang bukan untuk memperbudak mereka atau melakukan penjarahan tanah; mereka datang untuk perdagangan dan mereka menikah dengan beberapa penduduk asli (Pribumi). Columbus lebih lanjut mengakui bahwa pada 21 Oktober 1492, ketika ia sedang berlayar melewati Gibara di pantai Kuba, ia melihat masjid, dan sisa-sisa masjid lain telah ditemukan di Kuba, Meksiko, Texas dan Nevada.
Pada pelayaran kedua Columbus turun ke Hindia Barat, dan orang-orang Haiti mengatakan kepadanya bahwa orang "hitam" telah ada sebelum dia. Mereka pun meperlihatkan tombak dari pendatang tersebut dan studi lebih lanjut dari konstruksi logam mereka tersebut menunjukkan bahwa hal ini dibuat hanya di satu tempat, yaitu Guinea.
Sejarawan lain, PV Ramos, juga menunjukkan dalam esainya di "African Presence in Early America (kedatangan Bangsa Afrika ke Awal Amerika)" bahwa aturan diet bangsa Karibia mirip dengan ajaran Islam (puasa).
Tetapi mari kita berkata bahwa kita salah. Mungkin itu semua hanya kebetulan, setelah semua, tidak ada hidup yang selamat dari Muslim Amerika asli, kan?
Dan untuk membandingkannya mari kita lihat sebuah tulisan dari seorang Pribumi Muslim (Seorang Bangsa Indian Cheeroke).
Mahir Abdal-Razzaaq El menulis dalam rekening, baru-baru ini diposting di Internet, tentang penduduk asli Amerika yang muslim. Dia berasal dari suku Cherokee yang dikenal sebagai , dan Carrier Pipa Warrior dari Cherokee di New York. Dia mengatakan bahwa para pengembara Muslim yang datang ke tanah leluhurnya lebih dari seribu tahun yang lalu, dan yang lebih penting, terdapat peninggalan –peninggalan berupa perundang-undangan, perjanjian dan resolusi yang membuktikan hal tersebut untuk membuka tabir  di balik bayang-bayang keraguan bahwa umat Islam pernah berada di Amerika dan merupakan komunitas yang sangat aktif bagi masyarakat asli disana. Meskipun dokumen ini belum ditulis setelah 1492, hal ini menarik untuk dicatat bahwa Islam sebenarnya memang pernah ada disana. Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan dari 1787 memiliki tanda tangan Abdel-Khak dan Muhammad Bin Abdulla. Menurut sebuah kasus pengadilan federal dari Kongres Kontinental,

Penduduk Asli Muslim membantu memasukkan kehidupan ke dalam konstitusi.

Untuk mengetahui catatan yang tidak bias di tolak ini silahkan periksa di ke Arsip Nasional atau Library of Congress dan lihat sendiri; Kejadian tahun 1987 menunjukkan bahwa penduduk Pribumi mematuhi sistem Islam dalam perdagangan, pengiriman maritim dan pemerintah. Catatan dari Negara Bagian Carolina bahkan memiliki Sundry Moor Act (Undang-undang Bangsa Mooris Sundry) tahun 1790. Dan Kepala Suku Cherokee tahun 1866 adalah seorang pria bernama Ramadhan Bin Wati. Pakaian asli mereka hingga 1832 ialah pakaian Islam yang tertutup penuh. Nama Tallahassee sebenarnya berarti, "Allah akan mengirimkanmu suatu waktu di masa depan." Di Amerika Utara, tidak ada kurang dari 565 nama suku, desa, kota, gunung dan wilayah-wilayah bersejarah lainnya yang memilki makna Islam atau arab akar.”
Kebenaran Islam dan kebenaran dari budaya asli Amerika adalah satu dan sama; banyak orang ratusan tahun yang lalu menyadari bahwa hal tersebut. Konsep dari Perlindungan terhadap tanah dan hewan, larangan pemborosan sumber daya dan larangan polusi alam semuanya adalah konsep-konsep Islam.
Sebagai penutup, mari kita renungi makna dari kata-kata beberapa orang ini :


"Keyakinan kami adalah bahwa Roh Besar telah menciptakan segala sesuatu. Bukan hanya manusia tetapi hewan, semua tumbuhan, semua batu-batu, semua di bumi dan di antara bintang-bintang dengan jiwa sejati. Bagi kami, semua kehidupan adalah suci. Semua alam di dalam diri kita dan kita adalah bagian dari seluruh alam. "Kepala Suku Si Awan Putih (Chief White Cloud - Wa Bon A Quot)

"Apakah hidup? Ini adalah kilatan seekor kunang-kunang di malam hari." Crowfoot

"Dalam kehidupan Indian hanya ada satu tak terelakkan tugas-tugas doa - pengakuan harian yang gaib dan yang Kekal." Ohiyesa
 Ref :
1. http://www.themodernreligion.com/ht/before-columbus.html
2. http://eramuslim.com/konsultasi/konspirasi/indian-sudah-memeluk-islam.htm
3. http://muslimwiki.com/mw/index.php/Native_Americans_and_Islam

Napoleon Bonaparte Adalah Muslim (?)

“Saya meramalkan bahwa tidak lama lagi akan dapat dipersatukan umat manusia yang berakal dan berpendidikan tinggi untuk menjunjung satu kesatuan kekuasaan yang berdasarkan prinsip–prinsip ajaran Islam, karena hanya al- Qur’anlah satu-satunya sumber kebenaran yang mampu memimpin manusia kepada kebahagiaan.”
Sewajarnya ungkapan optimisme ini muncul dari para tokoh pergerakan Islam. Tapi yang satu ini ternyata bukan! Statement lugas ini diungkap bukan oleh para aktivis. Bukan pula para ulama, kyai dan cendekiawan. Mungkin kita bertanya-tanya, gerangan siapakah yang begitu berani melontarkan statement bermuatan sara seperti itu? Atau mungkin kita lebih tidak percaya lagi karena yang mengucapkan kata-kata tersebut adalah Napoleon Bonaparte!
“Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat di dalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa.”
“Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada Anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada Anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”
Tokoh istimewa ini begitu popular dalam sejarah sehingga namanya tercantum dalam urutan ke-34 dari ‘Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Di Dunia’ (Buku tulisan Micheal H. Hart yang meletakkan Rasulullah saw menduduki tempat teratas dalam urutan itu).
Napoleon Bonaparte, namanya tercatat di semua buku sejarah dunia. Setelah ratusan tahun lamanya Perancis dipimpin oleh raja-raja, Napoleon Bonaparte merupakan pemimipin Perancis pertama yang bergelar Kaisar (the emperor of French), ia memerintah pada tahun 1804-1814 dan 1815. Pada masa jayanya, Napoleon Bonaparte mungkin salah satu pemimpi paling besar sepanjang sejarah manusia. Melalui kharismanya yang disertai kerja keras dan ambisi gilanya, ia bertekad mewujudkan mimpinya menguasai seluruh Eropa. Mimpinya hampir saja terwujud, karena seluruh daratan Eropa nyaris dikuasai bahkan Asia Barat, termasuk Mesir dan Palestina. Napoleon memang cinta pada kekuasaan, yang ia ibaratkan, seperti seorang musisi mencintai biolanya.
Modal intelejensi yang tinggi dia buktikan dengan kemahirannya mengatur strategi perang yang jitu. Dia juga memiliki pengetahuan politik yang mumpuni, hingga menjadi Kaisar tanpa begitu banyak pertumpahan darah di dalam negeri. Dan yang paling penting, kharismanya hingga sekarang masih menyedot perhatian rakyat Perancis.
Napoleon lahir dari keluarga petani anggur di Ajaccio (Aiacciu) atau disebut Ajax dalam bahasa Latin di Pulau Corsica yang terletak di bagian tenggara Perancis pada 15 Agustus 1769. Pulau Corsica berada di bawah jajahan Perancis yang merupakan pulau keempat terbesar setelah Pulau Sicily, Sardinia dan Cyprus di Laut Mediterranean.
Kopral Kecil (”Le petit caporal”) –demikian julukannya karena bertubuh pendek dibanding rata-rata orang Eropa– mengawali karir militer dengan menjadi perwira artileri. Ia kemudian berhasil memadamkan pemberontakan terhadap Konvensi Nasional di Paris pada tahun 1795. Dalam penaklukan Italia dari 1796 hingga 1797, Napoleon mengalahkan pasukan Austria yang saat itu menguasai sebagian Italia. Akan tetapi, upaya menaklukkan Mesir kandas setelah armadanya dilumpuhkan oleh armada Inggris di bawah Laksamana Nelson pada 1798. Walau begitu, di mata rakyat Prancis, Napoleon adalah pahlawan dan diharapkan mengembalikan kejayaan negaranya yang memudar akibat ketamakan Raja Louis XIV yang mempunyai semboyan: “L`Etat Cest Moi” atau “Negara adalah Saya”.
Setelah dukungan rakyat dan prajurit berada di genggaman tangan, Napoleon pun menggulingkan pemerintah Prancis pada 1799. Napoleon menjadi Konsul Pertama dan mengangkat dirinya sebagai kaisar. Sedangkan jasa yang terbesar bagi negaranya adalah kodifikasi hukum yang dikenal sebagai Code Napoleon–yang hingga kini masih menjadi dasar hukum Prancis.
Peperangan demi peperangan dimenangkan Napoleon dengan gemilang pada rentang 1800 hingga 1808. Dengan enteng pula Napoleon menentukan batas-batas negara yang tentunya menguntungkan pihak Prancis. Kegemilangan Napoleon memang tak terlepas dari sejumlah strategi jitu yang diterapkan. Menurut buku bertajuk Napoleon Expansionist, taktik perang Napoleon bertumpukan ajaran perang klasik gubahan Sun Tzu. Satu di antara taktik jitu Napoleon adalah membiarkan ratusan prajuritnya di garis terdepan mati di ujung meriam pasukan musuh. Sedangkan ribuan tentara Napoleon lainnya berlindung di tubuh pasukan yang mati tadi.
Sukses Napoleon di medan perang jelas mengangkat Prancis menjadi kekuatan utama di Eropa sekalipun penyerbuannya ke Rusia pada 1812 mengalami kegagalan. Namun, dua tahun kemudian, arus balik menghantam Napoleon. Ia beserta pasukannya mulai menderita kekalahan demi kekalahan. Napoleon akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Pulau Elba, bagian barat Samudra Pasifik.
Akan tetapi, Napoleon dengan bantuan sejumlah pendukung setianya berhasil melarikan diri. Berita lolosnya Sang Kaisar, membuat ribuan prajurit Napoleon yang setia kembali menyiapkan senjata. Mereka pun menyambut gembira kedatangan Napoleon di Prancis. Tak lama kemudian, Napoleon kembali menabuh genderang perang dan maju ke medan laga melawan pasukan koalisi pimpinan Inggris dan Austria.
Di medan laga, pasukan Napoleon hampir memenangkan pertempuran. Sayang, tentara Napoleon kekurangan perbekalan makanan. Padahal, serdadu koalisi pimpinan Duke of Wellington, bangsawan Inggris, sudah putus asa menghadapi kegigihan tentara Napoleon. Dan, Napoleon kembali kalah!
Sebagai hukuman, Napoleon dihilangkan hak menetapnya di Perancis. Dia dibuang ke Pulau Saint Helena yang terletak di bagian timur Afrika. Ribuan prajurit maupun rakyat Prancis pun bercucuran air mata ketika menyaksikan Napoleon dikapalkan untuk dibuang ke pulau tersebut.
Kaisar Perancis yang sempat menikmati masa-masa kejayaan dengan menguasai hampir seluruh daratan Eropa itu dikucilkan di pulau terpencil di Samudera Atlantik bagian selatan. Enam tahun kemudian, Bonaparte menghembuskan napas terakhirnya di usia 52 tahun.
Otopsi yang dilakukan saat itu menunjukkan bahwa kanker usus menjadi penyebab kematiannya. Namun, sejumlah racun arsen yang ditemukan pada tahun 1961 di rambutnya memicu kontroversi bahwa ia diracun. Alasan ini masuk akal sebab pengaruhnya di Eropa masih sangat besar sehingga dikhawatirkan akan memberontak jika ia lepas kembali seperti yang dilakukan sebelumnya saat dikucilkan pertama kali di Pulau Elba. Tapi, semua itu baru sebatas spekulasi.
Untuk menguak teka-teki tersebut, sejumlah peneliti dari Universitas Texas Barat Daya mempelajari catatan medis dokter yang memeriksanya saat itu, mengumpulkan laporan saksi mata dan sejarah kesehatan keluarganya, serta membandingkannya dengan teknik otopsi modern. Hasilnya menunjukkan, pendarahan usus mungkin faktor utama penyebab kematian secara mendadak itu.
“Meski ia lepas dari pulau tersebut, kondisi tubuhnya tidak akan mendukung. Kalaupun diobati sekarang, ia hanya tahan setahun,” kata peneliti utamanya Robert Genta yang melaporkan hasil penelitiannya dalam Nature Clinical Practice Gastroenterology and Hepatology edisi Januari. Ia mengatakan, dengan teknik pembedahan dan kemoterapi sekalipun, pasien dengan kanker usus seperti dia akan sulit diobati. Deskripsi asli otoposinya menggambarkan betapa buruknya penyakit kanker yang dideritanya, dengan dua luka total sepanjang 10 centimeter, dari sebuah luka di lambung serta sebuah luka di antara dinding lambung dan hati.
Dengan membandingkan variasi 50 foto tukak lambung dan 50 foto kanker usus, para peneliti yakin bahwa yang diderita Bonaparte termasuk kanker. Dari ukurannya saja, ujar Genta, bisa diperkirakan bahwa itu kanker. Tapi, kanker tersebut berawal dari tukak lambung yang terinfeksi. Makanan yang diasinkan tanpa buah segar dan sayuran, yang menjadi menu tentara pada umumnya, turut memperparah risiko kanker ususnya. Bisa dibayangkan bagaimana penderitaan Bonaparte saat kanker yang menyerang tubuhnya mulai menjalar ke organ lainnya sampai ajal menjemput.
Namun pertanyaan besarnya adalah benarkah Jenderal Besar Panglima Tentara Perancis yang digambarkan sebagai seorang yang kontroversial ini benar-benar memeluk Islam? Jika benar, apakah karena ada unsur muslihat dibalik semua itu agar ambisinya dapat terwujud?
Keislaman Napoleon diangkat dan dipaparkan oleh David M. Pidcock dalam sebuah bukunya yang mengutip kembali berita sebuah surat kabar resmi Perancis, Le Moniteur, yang menyebut tentang keislaman Napoleon pada 2 Juli 1798. Terjadi hampir 23 tahun sebelum meninggal dunianya pada 1821.
Kapankah tokoh ini memeluk Islam, kemudian apakah berganti nama menjadi Aly (Ali) Napoleon Bonaparte?
Peristiwa ini dipercaya terjadi ketika Napoleon berada di Mesir. Napoleon tertarik kepada Islam ketika diajak menghadiri acara Maulid Nabi saw yang dihadiri oleh ribuan umat Islam. Majelis itu menyadarkan Napoleon kepada kata-kata Voltaire yang mempercayai bahwa manusia memerlukan agama dalam hidup mereka. Manusia tidak boleh hidup tanpa agama atau tanpa mempercayai tuhan. Sejarah tak pernah mencatat apa sebenarnya agama formal Napoleon Bonaparte. Ia memang dilahirkan di tengah sebuah bangsa Kristen. Namun ia tak pernah terlihat pergi ke gereja atau melakukan ritual-ritual kristen.
Pengalaman di Mesir itu dikatakan telah memberikan sebuah perjalanan rohani bagi Napoleon. Tetapi apakah yang membuat ‘Sang Penakluk Eropa’ ini dapat menerima Islam?
Napoleon berkata, “Rasulullah saw berhasil menuntun kehidupan kaum Arab yang jahil kepada jalan yang benar. Mengajar kepada mereka mengenai keesaan Allah. Allah yang satu. Tuhan yang tidak mempunyai bapa, tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai pendamping.”
“Sedangkan menyembah pelbagai jenis tuhan merupakan satu budaya yang sangat kabur tetapi tidak lebih satu aspek pemujaan kepada berhala yang merupakan hanyalah patung-patung yang kosong.”
Napoleon juga sangat mengagumi kitab suci al-Quran setelah dia membandingkan isi kandungannya dengan Injil. “Saya menemukan kebenaran-kebenaran yang unggul di dalam al-Quran yang selama ini dikelirukan oleh kitab-kitab terdahulu yang manusia itu campur tangan di dalamnya melalui kata-kata mereka sendiri, bukannya kata-kata Tuhan.”
Malah yang lebih menarik adalah ucapan Napoleon ketika pertama kali menginjakkan kakinya di Palestina pada tahun 1799 sebelum bertempur dengan pasukan Utsmaniah. Sambil mengenakan serban di kepalanya, Napoleon mengaku tentang keislamannya dan berkata: “Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih. Saya Bonaparte, Panglima perang tentara Perancis. Kepada semua pemimpin di sini, para mufti dan penduduk Gaza, Ramla dan Jaffa, semoga Allah melindungi kita semua.”
Keislaman Napoleon dapat ditelusuri lebih lanjut dalam sebuah buku, Napoleon and Islam’ atau Bonapart et Islam oleh C. Cherfils. (ISBN: 967-61-0898-7). Dalam buku itu, Napoleon dikutip sebagai pernah mengatakan: “Dalam waktu dekat ini, jika berpeluang, saya ingin menyatukan semua umat manusia melalui budaya yang baik (Islam) dan pemerintahan yang mengayomi rakyatnya melalui prinsip yang tertulis dalam al-Quran al Karim.”
Perihal perundang-undangan, Napoleon sendiri mengakui akan keunggulan perundang-undangan Islam atau syariah. Saat menduduki Mesir ketertarikan Napoleon dengan kodifikasi hukum Islam itu ditunjukkan dengan membawa idea itu ke Perancis. Dia membawa empat ahli hukum Islam dari Mesir untuk menyusun Code Penal dan Code Sivil Perancis, yang dikenal dengan istilah Code Napoleon itu. Code Napoleon itu kemudian mempengaruhi negeri Belanda, dan dari situlah lahir KUH Pidana dan KUH Perdata yang kita kenal sekarang ini sebagai kitab hukum warisan Belanda di negeri kita.
Dalam KUH Perdata — yang diadopsi dari Code Napoleon — ada transformasi dari syari’at Islam, yakni ketentuan di dalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa “Sesungguhnya Allah melarang kalian memakan harta saudara kalian dengan cara yang bathil, tetapi menghalalkan jual beli yang dilakukan ridho dengan ridho”. Inilah yang dinamakan prinsip “kausa yang halal” sebagai salah satu prinsip dalam hukum perikatan. Para pihak dalam membuat perjanjian harus dilandasi oleh iktikad baik dan prinsip perjanjian adalah terbuka, tergantung dari keinginan dan kesepakatan para pihak, namun asas-asas hukum termasuk rasa kepatutan harus tetap menjadi pertimbangan.
Transformasi lain dari syariat Islam ke dalam hukum civil Napoleon ialah tentang keharusan adanya saksi dalam perjanjian. Juga ada transformasi tentang konsep “washil” yang di Eropa diadopsi dan disebut dengan istilah “wesel”, yakni seperangkat aturan tentang penitipan sesuatu untuk diantarkan kepada orang lain, seperti jasa pos dan kurier di zaman sekarang. Transformasi yang paling banyak dari syariat Islam ke dalam hukum Eropa dan hukum internasional publik, ialah dalam Hukum Perang dan Damai.
Dalam Hukum Romawi, perang adalah bumi hangus dan semua halal belaka. Hukum Islamlah yang mengajari orang Eropa bahwa perang harus tunduk kepada hukum, tidak boleh asal bunuh dan asal bumi hangus.Yang boleh dibunuh hanyalah tentara dan orang sipil yang aktif membantu tentara. Orang sipil, wanita dan anak-anak harus dilindungi. Rumah ibadat agama apapun serta fasilitas umum tidak boleh dihancurkan. Juga ada aturan-aturan tentang status tawanan perang, pertukaran tawanan, dan pembebasan tawanan. Perang tidak boleh dilakukan diam-diam. Perang harus diumumkan secara terbuka. Negara yang melakukan agresi harus dihukum secara kolektif oleh negara-negara lain.
Prinsip seperti ini ada di dalam al-Quran dan mempengaruhi — atau dengan kata lain — mengalami transformasi dalam penyusunan berbagai konvensi hukum perang modern.
Banyak orang tidak mengetahui transformasi berbagai “keluarga hukum” ke dalam sistem hukum di suatu negara, kecuali mereka yang mempelajari sejarah hukum. Sikap apriori terhadap sesuatu — dalam arti mudah menolak dan mudah menerima sesuatu — tanpa studi yang mendalam, bukanlah sikap akademis dalam mencari kebenaran ilmiah. Demikian menurut Prof. DR. Yusril Ihza Mahendra.
Lalu Napoleon pun menggunakan undang-undang itu saat memerintah Perancis dan dipercaya hingga sekarang pengaruh dan elemen undang-undang syariah masih terus digunakan di negara itu. Contoh yang paling kentara adalah ketika terjadi kecelakaan tragis di jalan raya yang merenggut nyawa Puteri Diana dan teman lelakinya, Dodi Al Fayed pada 1997.
Pemerintah Prancis merujuk KUH yang lama saat menjatuhkan hukuman kepada juru foto yang sempat mengabadikan detik-detik terjadinya kecelakaan itu. Mereka dijerat hukuman dengan tuduhan tidak membantu korban dan lebih mengutamakan untuk mengambil gambar pada kecelakaan tersebut. Bentuk undang-undang dan hukuman ini nyata-nyata diambil dari kitab fikih Al-Muwaththo’ Imam Malik.
Walau bagaimanapun pro kontra seputar pelbagai pendapat mengenai status agama dan pengislaman Napoleon harus diungkap. Menurut Zuraini Nordin dosen di Universitas Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM), mengatakan, “Sebenarnya kaisar Perancis itu seorang yang berpegang kepada ajaran Deisme yaitu tidak percaya kepada ajaran-ajaran Kristen seperti Original Sins (Dosa Warisan), mukjizat dan sebagainya. Dia mengkritik ajaran Kristen itu sebagai hanya mementingkan aspek spiritual individu dibanding dengan Islam yang dia sendiri pahami sebagai agama yang rasional dan mementingkan ilmu dan sains.”
Maka tidak berlebihan kalau kemudian Napoleon sangat menggandrungi agama Islam, menghormati orang Islam dan mengagumi kepribadian Nabi Muhammad itu sendiri. Hal ini dikarenakan dia percaya Rasulullah bukan saja seorang pemimpin agung tetapi juga seorang panglima yang ulung, dia (Nabi) sangat sesuai dengan semangat dan jiwanya sebagai seorang kaisar dan panglima perang Perancis yang punya cita-cita tinggi,” kata Zuraini menjelaskan
Masih kata Zuraini, Napoleon adalah seorang yang gemar mengkaji tentang Islam, al-Quran dan hadits Nabi dan dia membina hubungan baik dengan para mufti dan ulama-ulama Al-Azhar selama ekspedisinya di Mesir. Napoleon mengakui Islam sebagai satu sistem kepercayaan yang unggul dan dia banyak mengadaptasikan undang-undang syariah ke dalam kode sipilnya yang dikenal sebagai Code Napoleon.
Dengan kode atau undang-undang itu Napoleon merasa telah dapat memberi manfaat kepada pemerintahannya dan rakyat Perancis. Sebagai seorang raja, tidak disangsikan Napoleon juga seorang yang memiliki jiwa kerakyatan dan selama pemerintahannya banyak reformasi dilakukan untuk kepentingan rakyat.
Namun ternyata masih ada juga pihak-pihak yang menyangsikan dan memperdebatkan perihal keislaman Napoleon itu. Walaupun sebenarnya sudah banyak literatur dan sumber-sumber informasi yang memaparkan keislaman kaisar Perancis tersebut, namun diyakini bahwa tokoh ini hanya menaruh minat terhadap Islam saja.
Malah Napoleon menggunakannya demi kepentingan diri dalam meluaskan kekuasaannya. Dia pernah mengatakan di hadapan para ulama dan rakyat Mesir: “Bahwa saya datang untuk mengembalikan hak-hak Anda, yang telah dirampas oleh para penjajah; bahwa saya memuja Tuhan lebih daripada kaum Mamluk dan juga bahwa saya menghormati Nabi Muhammad dan kitab suci Al-QurĂ¢an. Beritahu para penjajah bahwa semua manusia itu sama di hadapan Tuhan; bahwa kecerdasan, kebajikan dan sainlah yang membedakan mereka semua.”
Dengan pernyataan itu Napoleon ingin meyakinkan kaum Muslimin Mesir, bahwa dirinya bukan tentara salib. Dia berusaha merangkul para ulama dalam lingkup kekuasaan pemerintah, tetapi para ulama yang tidak biasa dengan kekuasaan sekuler, tidak terkesan dan memilih bertahan pada habitatnya sebagai pemuka-pemuka tradisional yang religius dalam budaya agraris. Walhasil hingga saat akhir, upaya Napoleon untuk mendapatkan legitimasi kekuasaannya dengan dukungan kaum ulama tidak berhasil. Pada tahun 1801 Inggris berhasil mengusir Perancis dari bumi Mesir, dan menyerahkan kembali Mesir kepada Kekhalifahan Utsmaniyah.
Tuduhan bahwa Napoleon melakukannya hanya sebagai komoditas politik demi kepentingan diri dalam meluaskan kekuasaannya ini bukanlah isu ‘aneh’ karena keislaman seseorang di Eropa sering kali tidak disukai oleh berbagai pihak yang memiliki modus kepentingan yang berbeda-beda. Perdebatan di seputar ini sebenarnya membuka lembaran bagi terjadinya kajian yang lebih mendalam untuk menentukan status agama Napoleon.
Bagi Barat sendiri, mungkin terlalu sulit buat mereka menerima dan mengakui hakikat ada tokoh sehebat Napoleon yang menerima kebenaran Islam. Pengaruhnya sedikit banyak akan merubah tatanan sejarah Eropa. Kalaupun itu tidak terjadi, paling tidak akan memberikan ‘efek kejut’ atas berbagai sikap negatif yang selama ini menjadi stereotype Barat terhadap Islam.

Judul Asli: Jejak Islam “The Emperor of French” oleh Aidil Heryana, S.Sosi

Sumber : dakwatuna.com

Laksamana Cheng Ho, Penemu Benua Amerika Yang Terlupakan

Bukan Christopher Columbus yang menemukan Benua Amerika yang pertama, tapi Laksamana Cheng Ho (1371-1435) dari Cina. Begitu kata Liu Gang, seorang kolektor peta. Ia mempunyai bukti untuk teori kontroversialnya itu berupa peta yang berasal dari 1763. Namun, menurut Gang, peta itu memiliki tanda yang jelas yang menerangkan peta itu adalah salinan dari peta asli yang dibuat pada 1418. Tahun itu berbarengan dengan ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang berlangsung dari 1405 hingga 1432.  Dari sini, Gang yakin Cheng Ho adalah orang yang menemukan Benua Amerika pertama kali dan mengelilingi dunia.

Peta itu dipamerkan Gang di Beijing sejak 16 Januari lalu. Gang membeli peta itu dari kolektor peta dari Shanghai pada 2001. Namun, ia baru menyadari betapa pentingnya peta itu setelah membaca buku laris karya Gavin Menzies, 1421: The Year China Discovered the World. Dalam buku itu, Menzies menerangkan teorinya bahwa peta dunia yang dibuat oleh Laksamana Cheng Ho itu disalin oleh pembuat peta dari Eropa yang kemudian digunakan sebagai panduan bagi misi penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa seperti Columbus, Ferdenand Magellan, Vasco da Gama, dan James Cook.

Cheng Ho adalah kasim muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle (berkuasa pada 1403-1424)--kaisar ketiga dari Dinasti Ming.  Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao, berasal dari Provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han tapi beragama Islam.

Cheng Ho berlayar ke Malaka pada abad ke-15. Saat itu seorang putri Cina, Hang Li Po (atau Hang Liu), dikirim oleh kaisar Cina untuk menikahi Raja Malaka (Sultan Mansur Shah). DOD | AFP

Penemu Benua Amerika Seorang Muslim? (Republika)

Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di daratan Amerika, Laksamana Zheng He sudah lebih dulu datang ke sana. Para peserta seminar yang diselenggarakan oleh Royal Geographical Society di London beberapa waktu lalu dibuat terperangah. Adalah seorang ahli kapal selam dan sejarawan bernama Gavin Menzies dengan paparannya dan lantas mendapat perhatian besar.  Tampil penuh percaya diri, Menzies menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut mahsyur asal Cina, Laksamana Zheng He (kita mengenalnya dengan Ceng Ho-red). Bersama bukti-bukti yang
ditemukan dari catatan sejarah, dia lantas berkesimpulan bahwa pelaut serta navigator ulung dari masa dinasti Ming itu adalah penemu awal benua Amerika, dan bukannya Columbus.
Bahkan menurutnya, Zheng He 'mengalahkan' Columbus dengan rentang waktu sekitar 70 tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat kehebohan lantaran masyarakat dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah si penemu benua Amerika pada sekitar abad ke-15.  Pernyataan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah. Adalah sebuah peta buatan masa sebelum Columbus memulai ekspedisinya lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Zheng He yang dosodorkannya sebagai barang bukti itu. Menzies menjadi sangat yakin setelah meneliti akurasi benda-benda bersejarah itu.

''Laksana inilah yang semestinya dianugerahi gelar sebagai penemu pertama benua Amerika,'' ujarnya. Menzies melakukan kajian selama lebih dari 14 tahun. Ini termasuk penelitian peta-peta kuno, bukti artefak dan juga pengembangan dari teknologi astronomi modern seperti melalui program software Starry Night.  Dari bukti-bukti kunci yang bisa mengubah alur sejarah ini, Menzies mengatakan bahwa sebagian besar peta maupun tulisan navigasi Cina kuno bersumber pada masa pelayaran Laksamana Zheng He. Penjelajahannya hingga mencapai benua Amerika mengambil waktu antara tahun 1421 dan
1423. Sebelumnya armada kapal Zheng He berlayar menyusuri jalur selatan melewati Afrika dan sampai ke Amerika Selatan.

Uraian astronomi pelayaran Zheng He kira-kira menyebut, pada larut malam saat terlihat bintang selatan sekitar tanggal 18 Maret 1421, lokasi berada di ujung selatan Amerika Selatan. Hal tersebut kemudian direkonstruksi ulang menggunakan software Starry Night dengan membandingkan peta pelayaran Zheng He.  "Saya memprogram Starry Night hingga masa di tahun 1421 serta bagian dunia yang diperkirakan pernah dilayari ekspedisi tersebut," ungkap Menzies yang juga ahli navigasi dan mantan komandan kapal selam
angkatan laut Inggris ini. Dari sini, dia akhirnya menemukan dua lokasi berbeda dari pelayaran ini berkat catatan astronomi (bintang) ekspedisi Zheng He.

Lantas terjadi pergerakan pada bintang-bintang ini, sesuai perputaran serta orientasi bumi di angkasa. Akibat perputaran bumi yang kurang sempurna membuat sumbu bumi seolah mengukir lingkaran di angkasa setiap 26 ribu tahun. Fenomena ini, yang disebut presisi, berarti tiap titik kutub membidik bintang berbeda selama waktu berjalan. Menzies menggunakan software untuk merekonstruksi posisi bintang-bintang seperti pada masa tahun 1421.

"Kita sudah memiliki peta bintang Cina kuno namun masih membutuhkan penanggalan petanya," kata Menzies. Saat sedang bingung memikirkan masalah ini, tiba-tiba ditemukanlah pemecahannya. "Dengan kemujuran luar biasa, salah satu dari tujuan yang mereka lalui, yakni antara Sumatra dan Dondra Head, Srilanka, mengarah ke barat."  Bagian dari pelayaran tersebut rupanya sangat dekat dengan garis katulistiwa di Samudera Hindia. Adapun Polaris, sang bintang utara, dan bintang selatan Canopus, yang dekat dengan lintang kutub selatan, tercantum dalam peta. "Dari situ, kita berhasil menentukan arah dan
letak Polaris. Sehingga selanjutnya kita bisa memastikan masa dari peta itu yakni tahun 1421, plus dan minus 30 tahun."  Atas temuan tersebut, Phillip Sadler, pakar navigasi dari
Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan perkiraan dengan menggunakan peta kuno berdasarkan posisi bintang amatlah dimungkinkan. Dia juga sepakat bahwa estimasi waktu 30 tahun, seperti dalam pandangan Menzies, juga masuk akal.

Sang penjelajah ulung

Selama ini, masyarakat dunia mengetahui kiprah Zheng He sebagai penjelajah ulung. Dia terlahir di Kunyang, kota yang berada di sebelah barat daya Propinsi Yunan, pada tahun 1371. Keluarganya yang bernama Ma, adalah bagian dari warga minoritas Semur. Mereka berasal dari kawasan Asia Tengah serta menganut agama Islam. Ayah dan kakek Zheng
He diketahui pernah mengadakan perjalanan haji ke Tanah Suci Makkah.  Sementara Zheng He sendiri tumbuh besar dengan banyak mengadakan perjalanan ke sejumlah wilayah. Ia adalah Muslim yang taat.

Yunan adalah salah satu wilayah terakhir pertahanan bangsa Mongol, yang sudah ada jauh sebelum masa dinasti Ming. Pada saat pasukan Ming menguasai Yunan tahun 1382, Zheng He turut ditawan dan dibawa ke Nanjing. Ketika itu dia masih berusia 11 tahun. Zheng He pun dijadikan sebagai pelayan putra mahkota yang nantinya menjadi kaisar bernama Yong Le. Nah kaisar inilah yang memberi nama Zheng He hingga akhirnya dia menjadi salah satu panglima laut paling termashyur di dunia.
(sumber: http://sigitwahyu.net/tokoh-profil/laksamana-cheng-ho-penemu-amerika.html)